Dampak Penurunan Suku Bunga: Prospek Cerah untuk Emiten Properti
Sumber : canva.com

Dampak Penurunan Suku Bunga: Prospek Cerah untuk Emiten Properti – Kabar penurunan suku bunga kembali jadi headline, dan kali ini sektor properti punya alasan besar untuk ikut senyum lebar.

Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (16/7).

Keputusan ini jadi hot topic di pasar, terutama bagi emiten properti. Pasalnya, langkah BI memberi fresh momentum untuk mendorong kinerja dan menangkap peluang pertumbuhan di tengah persaingan industri yang semakin dinamis.

Apa Artinya bagi Dunia Properti?

Menurut Minarto Basuki, Direktur PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), langkah BI ini bukan sekadar angka di kertas.

“Penurunan suku bunga acuan akan memberi dampak bagus untuk pertumbuhan ekonomi dan perbaikan daya beli,” ujarnya, dikutip dari Kontan.

Dengan kata lain, turunnya BI Rate ibarat green light untuk dunia usaha. Biaya pembiayaan jadi lebih ringan, konsumsi bisa naik, dan daya beli masyarakat mulai bounce back.

Nada optimistis juga datang dari Olivia Surodjo, Direktur PT Metropolitan Land Tbk (MTLA). Menurutnya, penurunan BI Rate bisa menjadi positive catalyst bagi industri properti.

Industri properti akan semakin menarik dan kompetitif,” jelasnya. Efek dominonya? Minat beli rumah makin tinggi, sektor konstruksi bergerak, dan emiten properti punya peluang lebih besar buat boost pendapatan mereka.

KPR Jadi Lebih Menarik

Salah satu “bintang utama” dari penurunan suku bunga adalah kredit pemilikan rumah (KPR). Meskipun efek penurunan ini biasanya baru terasa sekitar 3-6 bulan ke depan, bunga KPR saat ini sudah cukup menarik.

Bagi Anda yang sedang mempertimbangkan untuk membeli rumah, kondisi ini bisa jadi golden moment untuk mulai survei dan menentukan pilihan properti.

Data Nyata: Penjualan Properti Mulai Menggeliat

Optimisme ini bukan sekadar teori. Hingga Juni 2025, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) berhasil mengantongi pendapatan pra penjualan (marketing sales) sebesar Rp 922 miliar.

Angka ini mencakup gabungan antara pre-sales dan recurring revenue, dan sudah mencapai 46% dari target tahunan mereka yang dipatok sebesar Rp 2 triliun.

Menariknya, sekitar 60% marketing sales tersebut berasal dari penjualan residensial, sementara sisanya dari recurring revenue seperti mal, hotel, dan unit usaha lainnya.

Angka ini menunjukkan bahwa bahkan sebelum efek penuh penurunan BI Rate terasa, minat masyarakat terhadap properti sudah menunjukkan tren positif.

Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu : KPR Bisa Ditransfer ke Orang Lain, Ini Caranya

Permintaan Kredit & Daya Beli Bisa Melonjak

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, memproyeksikan bahwa penurunan suku bunga akan mendorong kenaikan permintaan kredit.

Konsumsi domestik pun bisa meningkat, sehingga meningkatkan recurring income emiten properti,” ujarnya.

Senada, analis Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menilai penurunan suku bunga dapat membantu memulihkan daya beli masyarakat sekaligus menurunkan beban kredit hunian. 

Kombinasi ini menjadi game-changer yang bisa memacu pertumbuhan sektor properti dalam beberapa bulan mendatang.

Penurunan BI Rate ke level 5,25% membawa angin segar. Bukan cuma buat emiten, tapi juga buat Anda yang sedang cari hunian impian.

Dengan bunga KPR yang makin kompetitif dan daya beli yang mulai rebound, pasar properti diprediksi masuk fase pertumbuhan baru. Artinya, sekarang saat yang tepat untuk mulai hunt rumah dengan strategi yang pas.

Kunjungi Belirumah.co untuk jelajahi berbagai pilihan properti terbaik, lengkap dengan tips agar pembelian rumah jadi lebih menguntungkan.

Because finding your dream home should feel as smooth as your morning latte.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *