Skenario Keuangan dalam Rent to Own: Hitung Cicilan, Risiko, dan Nilai Properti
Sumber : canva.com

Skenario Keuangan dalam Rent to Own: Hitung Cicilan, Risiko, dan Nilai Properti – Konsep Rent to Own (RTO) alias sewa-beli atau istilah gampangnya sewa dulu, terus beli mulai ramai diperkenalkan ke masyarakat Indonesia baru-baru ini.

Skema ini hadir sebagai alternatif baru untuk memiliki rumah, di tengah sulitnya akses KPR dan tingginya harga properti.

Menariknya, model RTO ini sebenarnya bukan hal baru, negara seperti Kanada sudah lebih dulu menerapkannya, dan terbukti cukup berhasil membantu masyarakat memiliki hunian dengan cara yang lebih fleksibel.

Di Indonesia kekinian program RTO ini mulai dilirik banyak customer sebagai alternatif baru punya hunian. Apalagi ketika Bank Tabungan Negara (BTN) juga meluncurkan program KPR BTN Rent to Own bareng agregator properti.

Program ini secara khusus ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang ingin segera menempati rumah tanpa harus langsung keluar dana besar untuk DP.

Tapi, sebelum Anda buru-buru tertarik, penting banget untuk memahami skenario keuangan dalam RTO. Mulai dari perhitungan cicilan, risiko, hingga potensi kenaikan nilai properti.

Cara Kerja Rent to Own

Dalam skema ini, Anda membayar sewa bulanan untuk rumah pilihan selama periode tertentu, biasanya 2 hingga 5 tahun. Bedanya dengan sewa biasa, sebagian dari pembayaran bulanan tersebut dialokasikan sebagai tabungan uang muka (DP).

Jadi, meski status awalnya penyewa, setiap cicilan yang Anda bayarkan punya kontribusi untuk kepemilikan rumah di masa depan.

Ketika tabungan sudah terkumpul hingga, katakanlah, 10% dari harga rumah, Anda bisa mengajukan KPR untuk melanjutkan proses pembelian. Jika disetujui, cicilan KPR akan berjalan sampai rumah resmi atas nama Anda.

Namun, kalau di tengah jalan memutuskan tidak membeli, rumah akan dijual kembali, dan sebagian dari dana tabungan DP bisa kembali ke tangan Anda. Sounds fair, right?

Hitung-Hitungan Cicilan Skema Rent to Own

Skenario finansial dalam RTO harus Anda pahami sejak awal. Misalnya, rumah yang Anda incar bernilai Rp500 juta. Dengan program RTO, biaya sewa bulanan ditetapkan Rp5 juta, di mana Rp1 juta dari total itu masuk ke tabungan DP.

Dalam tiga tahun, Anda bisa mengumpulkan Rp36 juta hanya dari “bonus” sewa yang dialihkan ke tabungan.

Ketika periode sewa selesai, total DP Anda sudah cukup untuk memenuhi syarat KPR. Selanjutnya, Anda melanjutkan pembayaran cicilan KPR sesuai tenor yang dipilih.

Bandingkan jika Anda hanya sewa biasa, uang Rp36 juta itu tidak akan pernah kembali, apalagi berubah menjadi aset.

Baca Juga : Perbedaan Rent to Own, KPR, dan Sewa Biasa: Edukasi Lengkap

Risiko yang Perlu Diantisipasi

Tentu saja, tidak ada skema finansial tanpa risiko. Dalam Rent to Own (RTO), beberapa hal yang perlu Anda waspadai antara lain:

  1. Risiko pembayaran macet
    Kalau Anda telat bayar sewa bulanan, rekam jejak finansial bisa tercatat buruk. Efeknya? Pengajuan KPR di akhir periode bisa jadi lebih sulit disetujui. Late payment is a big no-no.
  2. Risiko harga properti turun
    Harga rumah dalam RTO biasanya sudah dikunci sejak awal kontrak. Kalau harga pasar turun, bisa terasa seperti overpay.
  3. Risiko pembatalan
    Jika di tengah jalan Anda batal membeli rumah, sebagian dana DP memang bisa kembali, tapi tidak semua. Biaya sewa yang sudah Anda bayarkan tentu hangus alias no refund.
  4. Risiko hukum & perjanjian
    Kontrak RTO yang unclear atau tidak transparan soal hak dan kewajiban bisa menimbulkan konflik hukum. Konsumen bisa sangat dirugikan jika isi perjanjian lebih menguntungkan pihak penyedia. 

Itulah kenapa, sebelum menandatangani kontrak RTO, penting untuk benar-benar membaca detail perjanjian. Mulai dari durasi sewa, porsi tabungan DP, hingga aturan jika terjadi pembatalan.

Potensi Nilai Properti

Sisi menarik dari RTO adalah adanya kesempatan “mengunci harga” sejak awal. Misalnya, Anda menandatangani perjanjian dengan harga rumah Rp500 juta. Kalau dalam lima tahun nilai properti naik jadi Rp650 juta, Anda tetap punya hak membeli di harga Rp500 juta.

Dengan begitu, Anda bisa langsung menikmati kenaikan nilai properti begitu status kepemilikan berpindah ke nama Anda.

Di sisi lain, jika pasar properti sedang lesu dan harga rumah turun, RTO mungkin terasa merugikan. Namun, kondisi ini jarang terjadi dalam jangka panjang, terutama di lokasi strategis dengan permintaan tinggi. Jadi, memahami tren pasar properti di area yang Anda incar juga penting sebelum memilih jalur RTO.

Jika Anda saat ini masih menata keuangan, belum punya cukup dana untuk DP, tapi ingin segera menempati rumah impian, RTO bisa jadi solusi paling smart. Skema ini memberi ruang untuk membangun rekam jejak finansial yang lebih baik, sambil tetap punya opsi membeli di masa depan.

Namun, kalau Anda sudah stabil secara finansial dan ingin kepastian kepemilikan tanpa kompromi, KPR tradisional mungkin lebih tepat.

Rent to Own memang hadir sebagai opsi alternatif yang semakin relevan di tengah tantangan harga properti dan akses KPR di Indonesia.

Dengan perhitungan cicilan yang jelas, pemahaman risiko yang matang, dan analisis nilai properti yang cermat, Anda bisa memutuskan apakah skema ini cocok untuk perjalanan finansial Anda.

Kalau Anda sedang mencari hunian yang sesuai budget dan gaya hidup, jangan lupa cek pilihan rumah terbaru di belirumah.co. Siapa tahu, rumah impian Anda ada di sana dan bisa segera Anda miliki lewat jalur yang paling pas untuk kondisi finansial saat ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *