Artikel ini ditulis oleh : Aya Zahir

Bukan Sekadar Butuh Uang: Alasan Tak Terduga Orang Menjual Rumah di Jakarta Selatan-“Dijual Super Murah… Hitung Harga Tanah Saja”, kekinian banyak banner-banner iklan JUAL RUMAH dengan iming-iming hitung harga tanah saja, tidak meng-highlight spesifikasi bangunan. 

Fenomena Jual Rumah “Hanya Tanah” di Jakarta Selatan

Ini kerap terjadi di kawasan elite seperti di daerah Jakarta Selatan.

Di laman BeliRumah.co misalnya, ada rumah di daerah Kebayoran Lama dengan luas tanah 1.322m2 dan bangunan 990m2 yang diiklankan dengan kalimat ‘Jual Tanah dan Bangunan, Hitung Tanah Saja’.

Ada juga di daerah Kebayoran Baru dengan isi iklan serupa, ‘Dijual Rumah Hitung Tanah di Jl. Prapanca Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan’ dengan spesifikasi luas tanah 996m2 dan luas bangunan lebih dari 500m2.

Kok bisa? Apa mereka tidak merasa rugi, atau sebenarnya pemilik rumah tidak butuh uang?

Baca Juga: Ketahui Apa Itu AJB Sebelum Membeli Tanah atau Rumah

Bangunan Tua, Lokasi Mahal

Salah satu alasannya, karena pada umumnya properti yang dijual memang berupa bangunan tua atau lama. Mungkin secara desain atau kekokohan bangunan sudah tidak lagi sempurna dan sesuai dengan model rumah kekinian.

Jakarta Selatan: Lokasi Jadi Daya Tarik Utama

Selain itu mereka juga menjual lokasi, karena kawasan Jakarta Selatan dikenal sebagai daerah elit properti dan perkantoran. Jadi, tidak terlalu penting untuk mengiklankan rumah gedong dengan berbagai fasilitas di dalamnya.

Oleh sebab itu, teknik marketing penjualan untuk kawasan seperti ini biasanya dengan menonjolkan jual tanah saja. Tapi ini bukan hanya berbicara tentang teknik pemasaran, karena memang pada dasarnya tidak semua orang menjual rumah karena butuh uang. Terutama bagi para ‘old money’ yang uangnya tak berseri.

Jadi jika bukan karena butuh uang, apa saja alasan tak terduga saat seseorang menjual rumah, seperti para crazy rich di daerah Jakarta Selatan?

1. Faktor Gaya Hidup

Seperti diketahui sebelumnya, Jakarta Selatan adalah salah satu kawasan paling strategis di Ibu Kota karena dekat dengan berbagai fasilitas penting seperti pusat bisnis, hiburan, hingga pemerintahan. Permintaan pasar juga semakin meningkat yang sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang semakin signifikan.

Alhasil, para pemilik rumah lama di kawasan ini perlahan mulai merasa ‘terusik’ kenyamanannya. Sehingga pada akhirnya banyak yang menyingkir dan memilih pindah ke kawasan yang lebih sepi, nyaman, dan jauh dari hiruk pikuk Ibu Kota yang selalu sibuk. Jadi, salah satu alasan mereka menjual rumah adalah untuk mengubah gaya hidup yang lebih minimalis, tidak masalah dengan rumah yang sedikit lebih kecil, namun jauh dari kebisingan.

2. Faktor Emosional

Rumah bukan hanya sekadar tempat tinggal, lahir, dan tumbuh. Lebih daripada itu, banyak orang menyimpan kenangan di rumah masa lalu. Kenangan baik maupun kenangan buruk.

Ada alasan seseorang menjual rumah karena ingin ‘menjual kenangan’. Terutama bagi mereka yang masa lalunya tidak menyenangkan. Masa kecil yang menyakitkan, atau rumah yang meninggalkan luka pasca perceraian, misalnya.

Mereka yang berusaha sembuh, akhirnya memilih menjual rumahnya untuk menghapus segala ingatan pahit atau trauma masa lalu.

3. Faktor Internal Kepemilikan

Banyak yang mengalami, rumah warisan yang akhirnya hanya menimbulkan konflik dan sengketa antar saudara sepeninggal orang tua.

Selain itu, ada beberapa kasus yang dari masing-masing anak tidak ada yang mau mengurus rumah peninggalan orangtua, hingga akhirnya rumah tersebut terbengkalai.

Alasan-alasan internal yang bukan hanya karena faktor ekonomi seperti inilah yang membuat para pemilik akhirnya memutuskan untuk menjual aset atau harta warisan mereka. Karena membagi rata uang hasil penjualan, akan dirasa lebih adil dibanding dengan merebutkan rumah warisan.

4. Pasar Rumah Sewa Ekspatriat Menurun

Para pemilik rumah mewah di kawasan Jakarta Selatan banyak yang menjadikan rumahnya sebagai aset property. Salah satunya dengan disewakan kepada para ekspatriat yang bekerja di Indonesia.

Pasca pandemi covid-19 jumlah para ekspatriat menurun, tidak lagi menyewa rumah di kawasan mewah dan memilih pulang kampung ke negara masing-masing atau memutuskan untuk mencari rumah sewa yang lebih murah.

Hal ini membuat para pemilik rumah mewah berpikir untuk menjual rumah dan diubah menjadi investasi yang lebih cepat berputar dan menjanjikan.

Baca Juga: Kolaborasi Rentfix dan BTN Properti, Hadirkan Sewa Hunian Terjangkau untuk Gen Z

5. Pergeseran Prioritas

Banyak orang yang pada awalnya membangun rumah dengan harapan untuk bisa berkumpul dengan keluarga setiap hari, bercengkrama, ramai, bermain seru-seruan di halaman luas dengan anak-anak kesayangan.

Memilih lokasi strategis agar bisa dekat dengan tempat kerja dan anak sekolah agar tidak kehilangan momen kebersamaan.

Semakin lama, rumah besar dengan halaman luas akan semakin sepi seiring dengan usia anak-anak tumbuh dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bahkan semakin dewasa, anak-anak pergi meninggalkan rumah untuk study, bekerja, bahkan menetap di luar negeri.

Rumah mewah tempat kumpul keluarga tinggal kenangan. Anak-anak jarang pulang, orang tua sudah terlalu lelah mengurus rumah besar sendirian. Akhirnya memilih untuk tinggal di rumah yang lebih sederhana, disesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas.

Alasan seseorang menjual rumah, tidak melulu hanya soal butuh uang. Lebih dari itu, keputusan tersebut bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat manusiawi. Terutama bagi mereka yang menganggap keuangan bukan masalah utama.

Beberapa faktor lain merupakan proses perjalanan hidup untuk sebuah perubahan, move on, healing, memulai lembaran baru, hingga menghindar dari sengketa yang akan merusak keharmonisan hubungan antar saudara.

Apapun alasannya, kamu bisa cari hunian terbaik sesuai kebutuhan atau menjual aset yang penuh dengan kenangan di BeliRumah.co sekarang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *