
Mengenal Rent to Own (RTO): Cara Beli Rumah dengan Sistem Sewa Beli – Bagi banyak orang, membeli rumah sering kali terasa seperti mimpi yang sulit digapai. Harga properti yang terus naik, ditambah syarat ketat pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), membuat sebagian calon pembeli merasa jalan menuju rumah idaman penuh tantangan. Nah, di tengah kondisi ini, ada satu alternatif yang mulai dikenal di Indonesia, yaitu Rent to Own (RTO) atau sering juga disebut sistem sewa beli.
Konsep ini sebenarnya bukan hal baru di dunia properti internasional, tapi di Indonesia masih jarang dipraktikkan. Namun, dengan semakin berkembangnya kebutuhan hunian dan inovasi pelaku properti, RTO mulai dilirik sebagai solusi bagi mereka yang ingin punya rumah tapi belum siap mengajukan KPR atau melunasi pembayaran sekaligus.
Apa Itu Rent to Own?
Secara sederhana, Rent to Own adalah skema sewa beli, yakni sistem kepemilikan rumah yang diawali dengan menyewa terlebih dahulu. Jadi, calon pembeli menempati rumah sebagai penyewa untuk jangka waktu tertentu sebelum memutuskan untuk membelinya. Selama masa sewa itu, sebagian dari biaya sewa yang dibayarkan bisa dialokasikan sebagai down payment untuk kepemilikan rumah. Setelah masa sewa selesai, penyewa punya opsi untuk membeli rumah tersebut dengan harga yang sudah disepakati sejak awal.
Sistem ini memberikan ruang bagi calon pembeli untuk “mencoba” rumah sebelum benar-benar memilikinya, sambil mencicil harga rumah lewat biaya sewa.
Bagaimana Skema RTO Bekerja?
Pada praktiknya, skema Rent to Own dimulai dengan adanya perjanjian resmi antara penyewa dan pemilik rumah atau developer. Perjanjian ini menjadi dasar hubungan kedua belah pihak sekaligus mengatur jalannya transaksi. Di dalamnya biasanya tercantum berapa lama masa sewa yang disepakati, misalnya tiga hingga lima tahun, beserta besaran sewa bulanan yang harus dibayarkan.
Dalam skema RTO, setiap kali Anda membayar sewa, sebenarnya Anda juga sedang mencicil harga rumah sedikit demi sedikit. Harga jual rumah pun biasanya sudah dikunci sejak awal, sehingga penyewa tahu pasti berapa besar nilai yang harus dilunasi di akhir masa sewa.
Misalnya saja, bayangkan jika Anda menempati sebuah rumah dengan biaya sewa Rp5 juta per bulan. Dari jumlah itu, Rp3 juta dihitung murni sebagai biaya sewa, sementara Rp2 juta dicatat sebagai tabungan untuk mengusahakan kepemilikan. Setelah lima tahun masa sewa berjalan, total Rp120 juta yang terkumpul dari porsi tabungan itu bisa dipotong dari harga rumah. Dengan begitu, saat tiba waktunya membeli, Anda sudah memiliki modal awal yang cukup signifikan, sekaligus sudah mengetahui dengan pasti apakah Anda merasa nyaman tinggal di rumah tersebut.
Baca Juga : Sudah Hampir Akhir tahun. Apa Kabar Program 3 Juta Rumah?
Kelebihan Rent to Own
Salah satu daya tarik utama RTO adalah fleksibilitasnya. Sistem ini memungkinkan orang-orang yang belum punya cukup dana untuk DP (Down Payment) atau belum memenuhi syarat KPR, agar tetap bisa menempati rumah. Mereka bisa sambil menabung lewat cicilan sewa yang dibayarkan tiap bulan.
Selain itu, calon pembeli bisa benar-benar mengenal lingkungan rumah sebelum memutuskan membeli. Pembeli bisa menilai apakah lokasi nyaman, akses transportasi memadai, hingga bagaimana kondisi fisik rumah. Hal ini berbeda dengan membeli rumah secara langsung, yang kadang membuat pembeli baru sadar ada kekurangan setelah ditempati.
Kekurangan dan Risiko RTO
Meski terdengar menarik, sistem RTO juga punya kelemahan. Salah satunya, harga rumah biasanya sudah dikunci sejak awal. Jika ternyata pasar properti turun, pembeli tetap harus membeli sesuai harga yang disepakati, meski lebih mahal dari harga pasaran.
Selain itu, jika penyewa tidak bisa melanjutkan pembayaran atau memutuskan batal membeli, uang cicilan yang sudah masuk biasanya tidak bisa ditarik kembali. Hal ini tentu merugikan pihak penyewa. Karena itu, penting untuk membaca dan memahami isi perjanjian dengan teliti sebelum menandatangani kontrak RTO.
Apakah RTO Cocok untuk Semua Orang?
Rent to Own bisa menjadi pilihan menarik bagi mereka yang kesulitan menyiapkan uang Down Payment (DP) untuk membeli rumah. Skema ini memberi kesempatan untuk langsung menempati rumah sambil perlahan-lahan mencicil kepemilikan. Bagi sebagian orang, RTO juga bisa menjadi jembatan sebelum mengajukan KPR, karena memberi waktu untuk menata keuangan sekaligus memperbaiki rekam jejak kredit agar lebih mudah lolos seleksi bank.
Namun, sistem ini tidak selalu cocok untuk semua orang. Jika kondisi finansial Anda masih belum stabil atau ada kemungkinan berpindah tempat tinggal dalam waktu dekat, komitmen jangka panjang seperti RTO bisa terasa challenging. Selain itu, perlu diingat bahwa regulasi RTO di Indonesia belum seketat KPR. Karena itu, ketika ingin memilih skema ini, lakukanlah dengan developer atau pemilik properti yang benar-benar terpercaya, serta dituangkan dalam perjanjian hukum yang jelas. Langkah ini akan mengurangi risiko sengketa di kemudian hari dan memberi rasa aman selama masa sewa berjalan.
Tips Sebelum Memilih Skema RTO
Jika Anda tertarik mencoba sistem ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pastikan semua kesepakatan tertulis dalam kontrak resmi, termasuk detail alokasi sewa yang masuk ke cicilan rumah. Kedua, pilih developer atau pemilik rumah yang punya reputasi baik agar lebih aman. Ketiga, hitung dengan cermat kemampuan finansial Anda. Jangan sampai semangat memiliki rumah justru memberatkan arus keuangan bulanan.
Rent to Own memang bukan solusi instan untuk semua orang, tapi bisa jadi jalan tengah bagi mereka yang ingin segera punya rumah tanpa harus menunggu tabungan DP terkumpul atau tanpa harus langsung masuk ke proses KPR. Dengan perencanaan matang, pemilihan developer yang tepat, dan pemahaman kontrak yang jelas, sistem ini bisa jadi alternatif cerdas dalam mewujudkan mimpi memiliki rumah sendiri.
Jika Anda tertarik dengan berbagai tips dan informasi seputar jual beli rumah, jangan lupa ikuti artikel terbaru di Belirumah.co ya!

Content Specialist & Editor
Content Specialist & Editor with 7+ years of experience in content writing, copywriting, editing, proofreading, and translation with proven ability to adapt style and tone to different audiences. Strong background in creating high-quality, engaging, and detail-oriented content for numerous industries, including FMCG, NGO, real estate, higher education, publishing, and literary communities.